Thursday, October 21, 2010

MAHAMERU SUMMIT { I }
Text    : Hanif
Foto    : Alfan & Dwi Qaqa               


Puncak Mahameru


Tepatnya liburan semesterku kemarin, kami berhasil mendaki puncak gunung Semeru, Mahameru, puncak tertinggi pulau jawa. Rencana pendakian berawal dari salah seorang teman di facebook memposting status tentang novel 5 cm tapi salah tulis dengan menyebutkan lima puluh cm. Penasaran dengan maksud dari ke-tidak-beresannya ini aku pun menulis komentar, “apa gak salah tuh tulisannya?” kurang lebih begitu. Komen berlanjut sampai ke pembahasan isi novel 5 cm, saat aku memuji- muji alam semeru yang digambarkan dalam novel 5 cm, kawanku ini ,Dwi Qaqa, entah sengaja atau tidak menawarkan pendakian ke semeru yang tanpa pikir panjang aku iyakan ajakannya. 

Aku sudah lama punya keinginan mendaki semeru, itupun karena ulah penulis novel 5 cm, Dhonny Dirgantoro, dengan tulisannya yang segar dalam mendeskripsikan perjalanannya yang asik menuju puncak mahameru dan menggambarkan suasana alam semeru yang seksi, ranukumbolo yang menawanan sampai kalimati yang dipenuhi gugusan bunga edelweiss yang eksotis. Usut punya usut dan diskusi demi diskusi kita putuskan untuk berangkat ke semeru setelah Idul Fitri. Aku dan Dwi Qaqa mengerahkan segala daya upaya untuk menarik peserta pendakian, aku melobi melalui kontak langsung, dan Dwi Qaqa, lebih ciamik lagi, membuat semacam event di facebook untuk menarik minat temen- temen. Walhasil dalam waktu yang relatif singkat, sekitar 16 orang mengkonfirmasi keikutsertaannya. Persiapanpun sudah kita lakukan jauh- jauh hari sebelum keberangkatan, seperti dalam notes di event facebook, kita saling memberi saran untuk mempersiapkan diri sebelum pendakian, seperti lari 2 Kilo sehari atau malah ada yang mau lari 10 Kilo sehari, ngawur. Selagi mempersiapkan fisik masing- masing, kita mendata peralatan- peralatan yang perlu dibawa. Blog-demi blog kita susuri untuk mendata peralatan yang perlu dibawa.

Hari yang ditunggu- tunggupun datang juga, pagi hari 15 september 2010 kami semua berkumpul di terminal arjosari, dengan membawa tas carrier dan seluruh isinya yang merupakan sewaan dari do-rent kecuali mi instant dan sardine kalengan, maklum karena kita masih newbie dalam pendakian jadi belum punya peralatan sendiri. Hehe. Dari terminal Arjosari Malang kami lanjutkan perjalanan ke tumpang dengan menyewa angkot putih. tak perlu banyak- banyak kami menyewa angkot, satu saja sudah cukup, karena jumlah peserta yang pada awalnya 16 orang, ternyata pada hari H, hanya 6 orang yang hadir untuk ikut pendakian.

Perjalanan menuju tumpang memakan waktu sekitar 45 menit dan berhenti di terminal akhir tumpang, tepat di depan Indomaret. Di depan Indomaret itu sudah berjajar beberapa Toyota Hardtop landcruiser sekitar tahun 80-an dengan bak terbuka, itulah kendaraan kita selanjutnya untuk menaklukkan Ranupani di ketinggian sekitar 2400 mdpl (meter di atas permukaan laut). 

Perjalanan ke Ranupani ditempuh dengan waktu 2 jam, jip Toyota tua ini dengan kejaibannya yang mungin saja bisa masuk kategori 7 keajaiban dunia ternyata mampu membawa 15 penumpang di bagian belakangnya dan 2 orang di bagian depan, alhasil kami harus berdesak desakan selama perjalanan, dengan kondisi jalan yang kemiringannya bervariasi dari 35, 40, sampai 45 derajat dan dibumbui banyak tikungan tajam, sopir pun dipaksa banyak melakukan maneuver- maneuver untuk menaklukkan rute tanjakan menuju Ranupani.


Suasana Jip Toyota hardtop yang sempat ngadat

 Full Team 

 Mengintip Ranukumbolo


Berlanjut....