Tuesday, December 27, 2011

Oh no...

Photo: Odji on Galaxy Ace
Text : Hanif                             


Again few weeks unupdated!  Few amazing weeks spent with travel, futsals, ups and downs the campus hoping the project proposal to be approved, run around Kuala Lumpur looking for electronic components till bubur kacang ijo and finally ended up here on this blog. Well to make this interesting, this is our journey to two amazing natural tourism spot just within Kuala Lumpur.

The desire on the travelling to the nature has burnt our silences into a little candle fire. Not much planning just a normal chit chat we decided to have a try on Waterfall nearby Ampang. On the next day we found ourselves in a RapidKL bus heading towards Kelana Jaya station. We are in a group of 9 boys, oh sorry it is 4 actually just to make up the story. We planned to take only public transportation except taxi, to create such a real feeling of travel.

With a piece of map printed from Google Maps we reached National Zoo, place we didn’t mean to come. After investigating, we realized that the waterfall we are heading is up the hill behind the Zoo. The only failure we had is we took taxi to go from National Zoo to the waterfall, that is after the taxi driver told us that the place is high and have to go through kampong orang asli. The only reason we took taxi was we couldn’t imagine how kampong orang asli look like.

Reaching the spot, we were shocked. The shock looking at the waterfall which had been advertised and the one we looked for real. Looking to the flow of water we could say it is 1 meter high and cannot be considered as waterfall, maybe the word water stream is more appropriate. We were not disappointed remembering how easy we get to the place and not forgetting that we took taxi to reach the waterfall, so it is worth the effortless effort we put.

Before going home we make some appointment to the guard that we would like to come another time for another higher waterfall that may took twice or thrice time to reach compared to this waterfall. We were sure another waterfall in the area will be worth walking. There is total of some 27 waterfalls is in that hill with various height, we planned to reach the 2.5 meters waterfall with thrice walking time, some other time.

Here are some pictures of the journey























Tuesday, October 11, 2011

Power of Teh Tarik


Teh Tarik KAO
  
Melas, kasian, sedih, cemburu, bau, gak terawat, gak terurus, displaced, homeless, writerless. Itu sedikit banyak gambaran penyakit yang sedang diderita oleh blog ini, meskipun bukan sepenuhnya kesalah si blog tapi tetep dia yang kena imbasnya. Inilah jurus ngeles ala blogger yang menutup- nutupi ketidakproduktifitasannya dengan melemparkan vote of no convidence kepada blog ini dengan alasan- alasan yang sebenernya juga buatan penulis sendiri. Belum lagi deskripsi ketidakproduktifitasannya dibumbui dengan kata- kata dari kamus supaya terlihat agak sangar. Inilah sebenernya yang sedang aku lakukan....wahaha

Akhirnya, setelah sekian bulan yang membawa angin perubahan, dari magang di bulan april sampai agustus kemarin dilengkapi dengan pulang kampung yang lamanya nggak nanggung, 2 bulan!! akhirnya sekarang kembali ke aktifitas normal, bulan normal dengan segala kehidupan kampus menunggu di depan dan juga tugas- tugasnya yang gak pernah absen, dilengkapi hadirnya pakde anthony yang setia mengawasi mahasiswa seperti tidak layaknya mercusuar.

Blog hampir menjadi busuk ini, barusan ditinggal pergi sama yang punya demi kepentingan masa depan yang lebih baik (ngeles). Sebenernya alasan yang paling nyata yaitu convenience can clogs our ideas, this for real.(tetep aja ngeles). Sebenernya ada aktifitas lain yang juga menyita waktu, si empunya blog lagi ingin belajar lebih mendalam di bidangnya. wuzzz. ya mengingat tugas akhir yang sudah di depan mata, aku harus mendalami satu dunia menarik lainnya yang gak kalah dengan dunia blog ini, dunianya mikrokontrol.

Mikrokontrol harusnya menjadi makanan wajib buat mahasiswa semisal saya, tapi ternyata masih banyak yang harus dipelajari di dunia satu itu. maka dari itu nanti aku mau coba untuk mengawinkan dua dunia berbeda kasta itu. Dunia blog dan dunia mikrokontrol, artinya aku akan coba update kegiatan- kegiatan ke'mikro'an yang sedang berlangsung dimari tentunya bersama dengan kawan- kawan dari tim ruftop engineering.

Tulisan ini diupdate dari Bandara LCCT. 2 bulan ternyata cukup membuat rindu untuk minum teh tarik. Tapi sayang seribu dua ratus sayang, sambutan cangkir teh tarik pertama sangat mengecewakan, tapi minimal sudah cukup untuk mengobati kehausan akan teh warisan bollywood ini. 

CAUTION: Teh ini sanggup menginspirasi.

Wednesday, August 3, 2011

Smile of Ramadan

Text   : Hanif
Image: Google                         





Has come the month we’ve been waiting most. We could say that Allah has given us, again, the opportunity to feel the sweetness of Ramadan. A month with full of blessings and forgiveness, in which one of the days is better than a thousand months of praying, Lailatul Qadar. To be able to succeed this Ramadan we need to remind ourselves and the people who close to us to pray more in the mids of night, recite the holy Quran each day, more zikirs to Allah, ask for blessing and forgiveness as how prophet Muhammad SAW shown us the way it does. 

The prophet never misses a day but doing 60 times of istighfar and taubah and it is even more often in Ramadan. The prophet Peace Be upon Him is also the most generous man on earth and in Ramadan he becomes even more generous than any other month.

Everything we do in Ramadan that we did because of Allah will be counted as kind of worship, even our sleep if it is for Allah is counted in. A lot of things we thought were just simple good deeds could become a really big stuff if we do in Ramadan, because every rewards of those small stuff, in Ramadan, will be multiplied. A simple example we can do is by forgiving each other for the current and the past problem. By doing so we already untied our sin toward mankind, Hablu minan naas. Because the only way we can have the forgiveness of Allah is by not having sin toward His creatures.

Another seemingly-easy to do stuff is as simple as smile. Yap, for some people smile is really easy as they do it everyday to friends. But smile could become a catastrophe to some people as they rarely or never did before or they simply can’t. Smile could become a kind of ibadah as it spread happiness among people. Just imagine someone you are respect to is giving you a smile, it will energize you with sort of unknown chemical reaction within, or just imagine if Genghis Khan could smile, of course the story will be different. Couldn’t he?

People of course easier to smile in a happy condition, it is normal and It is also ibadah. But smile became tougher when man is in a sad state of mind, and that’s where it will be counted as a great ibadah if we kept smile and never let your problem sweep your smile away. We always have two options to face problems either with full-smiles on the face that give us more strength, or with a sad - folded -looking real bad face that help nothing but degrade our selves. You pick.

Have A Wonderful Ramadan!

Wednesday, June 8, 2011

You are what you write

Text: Hanif
Foto: Google Image                      





Dear Nyobireader....(what? i repeat Nyobireader) sudah lebih dari 2 bulan ni blog nggak di rawat. Berhubung masa kuliah sedang berada pada titik nadir internship, dengan kebanyakan kegiatan menuntut aktifitas rutin yang awalnya lebih mirip kuburan bagi kreatifitas. Awalnya memang itulah alasan utama untuk tidak update. Namun  setelah dirasa- rasa yang jadi penghambat kreatifitas adalah model- model pemikiran apologetik seperti itu dan bukannya rutinitas. Pemikiran yang menyalahkan kondisi luar hanya memunculkan apologi berlebihan untuk kebungkaman diri dan tidak akan menyelesaikan masalah, malah hanya memberi ruang lebih untuk beralasan.

Menulis memerlukan kegiatan rutin dan tidak selalu harus membawa isu bombastis untuk ditulis. Seperti contoh dalam waktu 3 menit seseorang yang berjalan keluar dari lorong kampungnya akan ada banyak hal yang bisa ditulisnya, cerita tentang orang- orang yang dilaluinya dan setting tempat, bahkan membaca tulisannya bisa memerlukan waktu lebih dari 1 jam untuk cerita yang faktualnya hanya berjalan selama beberapa menit saja. So, tidak perlu risau atas aktifitas rutin yang sedang berjalan. Menulis tetap menjadi media yang paling jitu untuk menyampaikan ide atau sekedar berbagi cerita. Karena sharing means caring yang artinya dilarang parkir…???

Sedikit pengetahuan berdasar pengalaman,, jangan selalu berharap tulisan akan dibaca banyak orang. Karena dengan begitu motivasi akan kembang kempis. Cobalah menulis untuk sekedar mengekspresikan ide ke dalam tulisan- tulisan untuk mencoba formulasi ide baru atau menulis sekedar cerita ringan dengan sedikit permainan kata- kata. Tidak perlu menulis sesuatu di luar jangkauan kita untuk membuat kita tampak lebih daripada sebenarnya. sebagai langkah awal, cobalah sesuatu yang fun yang bisa kita tuliskan dan mengalir lancar tanpa harus mengerutkan kening.

Oh ya ada satu cerita menarik tentang seseorang yang memiliki keinginan menulis tapi tidak mampu menyampaikan ide- idenya. Ide satu manusia ini sangat brilian di masanya, ide pokoknya bertujuan menghapuskan sistem rasial di Amerika saat itu. Orang ini tidak punya kemampuan menulis karena kosakatanya yang sangat terbatas tidak cukup untuk membendung ide besarnya. Maka dia mulai menambah perbendaharaan kata dengan cara menulis ulang selluuruh isi kamus! Iya…kamus! Dan juga membacanya berulang- ulang setiap hari. Dia adalah Malcolm X, sempat meringkuk di penjara karena ide besarnya dan justru dari penjara itulah dia mendapat pelajaran paling berharga, menulis.

Friday, March 18, 2011

UNTU, Get your nature back!

Photo: UNTU fanpage ( Laqqi Fidel Jauhari)
Text: Hanif                                                                             




  
UNTU is what he named his newly- born clothing company meaning as TEETH in English. Fadli Machda, the founder, put that name is not simply without reason. He said UNTU is part of our life and always be till the time it starts to drop off. What he aimed with these teeth stuff philosophy is we need to take care of the clothes as much as we take care our teeth. Sounds strong enough? No, not yet. Another philosophy that might be underlying UNTU concept is that in the daily life, teeth representing bravery, strength, ideas and freedom. If you were to say ‘show your teeth’ it could mean you need to speak up your voice and dare to face whatever obstacle ahead your way.

By doing so, you will get your full freedom and get your selves 100% under your own control. This is what the message I can capture from this approximately two years old clothing company. I can find proof from their design and wordings on the clothes such ‘Just be who you are’, it might be for some people reminds them about how they should be doing in daily life and that they can not lose their goal, motivation and not  to lose their freedom. 

For such reason, UNTU has been trying to build brand awareness to convey this message to the people of the world. Sounds exaggerating? Well absolutely no. It has been twice UNTU shows up their teeth to UCTI student. It came down to booth with its icon a table-size molar tooth to attract people attention and they’ve made some moves with the brand awareness stuff. UNTU held an open competition to anybody in campus to give their best-freaking smile they’ve ever had and take a photo with the icon. The competition was titled ‘Show Your UNTU’ encouraging people to show their best.

UNTU have also held a competition to design clothes and the best of them will be made as the cloth design. UNTU have received awards as the best booth in the BIZZ BUZZ week held by campus, a week with all business activity happening, week when UCTI campus was more looking like markets than a university. So if you wanted to find UNTU in the booth, just look for the icon, a big molar tooth with eyes and its own teeth. Watch out!

And for having your own UNTU clothes, 
Do order here!  { UNTU FANS PAGE}



The icon, table sized molar tooth

 
UNTU booth with distinct design

Around the world competition participants

 CEO of UNTU (right) and classmate receiving awards

Monday, March 7, 2011

IKMAS Malaysia, What's next?

Text: Hanif
Foto: IKMAS                        




Bismillahirrahmanirrahim
Nggak terasa sudah hampir dua bulan dari postingan terakhir, sampai saat ini nggak sempet otak – atik nyobinulis. Alasannya masih klasik, terlalu banyak kegiatan. Padahal saat nulis ini suasana jauh lebih genting dari sebelum- sebelumnya, dari exam yang udah deket, masih lagi ada 2 tugas yang harus terkumpul ditambah dua presentasi harus dilalui dan sederet jadwal exam yang sudah menunggu. Alhamdulillah, meskipun kegiatan menulis ini vakum, bukan berarti aktifitas sehari- hari juga ikut terbengkalai. Banyak kegiatan dan cerita menarik sebenernya, tapi sudah terlewat untuk diceritakan ulang.

Yang paling gres kemarin tentu saja reuni alumni Assalaam boarding school dengan menghadirkan direktur Assalaam dan kepala sekolah SMK Assalaam. Menghadirkan? Oh bukan, Lebih tepatnya beliau datang karena ada undangan dari DIKNAS sebagai kepala sekolah terbaik dan berhak untuk ikut studi banding di Singapore- Malaysia, nah moment itu nggak bisa dilewatkan oleh alumni- alumni Assalaam yang lagi studi di Malaysia untuk menyambung silaturrahim dengan anggota IKMAS yang lain dan tentunya dua ustadz Pondok Assalaam.

 Hari Kamis siang awal kami bertemu dengan Ustad Ma’ruf, Direktur Assalaam dan Ustad Bambang, Kepala sekolah SMK yang waktu aku masih di Asslaam beliau sebagai kepala MTs. Euphoria langsung muncul begitu kami bertemu beliau berdua, aroma nostalgia masa SMP tiba- tiba hadir di benak kami, Ajib! Mungkin karena kehadiran beliau berdua yang saat kami di ma’had selalu mendominasi hari- hari kami. Ya, meskipun saat SMP kami melihat beliau berdua sebagai figur yang sebaiknya, kami enggak usah coba- coba cari masalah dengan beliau- beliau.

Kali ini kami melihat beliau berdua bukan lagi sebagai momok melainkan motivasi yang entah bagaimana dan kenapa itu bisa muncul bahkan beliau berdua ternyata lebih friendly dari dugaan kami. Tentunya kami tidak lagi bisa mengingat pelajaran apa yang telah beliau sampaikan dan nasihat- nasihat apa yang beliau pernah pesankan ataupun teguran- teguran keras macam apa yang sudah kami terima, ya kami lupa itu semua. Tapi yang perlu diketahui, itu mungkin karena nasihat- nasihat yang ustadz sampaikan tidak kami catat, tapi sudah kami wujudkan dalam bentuk aktifitas kami sehari- hari dan kemarahan- kemarahan ustadz sudah kami jadikan patokan bahwa apa yang saat itu kami lakukan adalah salah. InsyaAllah..

Mungkin tanpa jeweran- jeweran nasihat dan kemarahan beliau, kami tidak akan berada di situasi dan kondisi seperti ini. Semoga Allah mencurahkan segala rahmatNYA untuk ustadz dan bapak atau ibu guru kami yang lain atas apa yang telah antum nasihatkan pada kami dan kalau ada jeweran yang penuh hikmah, itulah jeweran nasihat dari ustadz- ustadz kami.

Untuk IKMAS Malaysia, sebaiknya dibuat kegiatan rutin yang kita lakukan dua bulan sekali paling minimal. Usulan dari ikhwan yang lulusan dari Mesir, di sana IKMAS sangat solid, silaturahim dijadikan tempat menyampaikan uneg- uneg dan permasalahan untuk dicari solusinya atau hanya sekedar acara kumpul sederhana dan sarat kekeluargaan dengan membahas permasalahan yang sedang hangat. IKMAS Mesir juga sudah biasa memunculkan ide bisnis yang menurut ustad Bambang modalnya adalah jaringan alias networking, bukan modal dengkul aja ternyata ya…hehe

This is not diary or diarrhea or whatever it called, I’m just asking, IKMAS Malaysia, What’s our next plan?




Masjid Putra, Putrajaya

Putrajaya Bridge

Firdaus, Farid Rifa'i, Ana, Fadli

IKMAS MALAYSIA


Thursday, January 6, 2011

KL Touring & Fenomena Gowes


Foto: Fadhli Machda & Laqqi Fidel Jauhari
Text: Hanif                                                                





Sesuai judulnya, kita lagi punya hobi baru, sepedaan atau disini tenar dengan istilah GOWES. Entah siapa yang memulai sejak dua bulan lalu sepeda pancal atau basikal di sini menjadi trend baru. Serentak dan merata sudah banyak yang memiliki sepeda. Buat saya sepeda memang hobi sejak masih kelas 5 SD, saat baru bisa naik sepeda, wah terlambat ya. Jagoanku saat itu sebuah BMX freestyle standard tanpa modifikasi, tapi sayang aku gak menyelami dunia freestyle alias ora iso nggaya. Setelah BMX tercinta tutup usia, beralihlah ke WimCycle mountain bike dengan transmisi Shimano 18 speed. Sepeda inilah yang menemani hari- hariku di SMA untuk PP ke rumah sekalipun jaraknya gak terlalu jauh.


Hobi baru di sini beda, jenis sepeda kita single speed fixed gear atau biasa disebut fixie, memang gak ada transmisi tapi ada torpedo yang berfungsi sebagai rem kalau di kayuh ke belakang. Kami melabeli hobi ini dengan ‘ green hobby’ berhubung istilah yang berbau ‘green’ lagi marak di dunia persilatan ini, siapa tau kan ada UNESCO, USAID, UNICEF atau NGO apapun itu yang bersedia mensponsori aktifitas kami di sini. haha. Karena sudah memiliki banyak anggota maka sudah selayaknya kami punya nama, ada usulan untuk dinamakan Budak Basikal Bukit Jalil, budak itu artinya anak. Tapi saya punya nama tersendiri buat grup ini yaitu BICYCLUB, bentuk slang dari bicycle.


Alhamdulillah liburan ini kami punya rencana touring ke KLCC pada malam hari di akhir Desember dan pada tanggal 29nya kita melakukan gladi bersih, alias mencoba dulu jalur yang menuju KLCC. Gladi bersih ini sendiri merupakan touring yang berat, pertama karena memang jarak yang cukup jauh dan kedua untuk menghindari jalan di kegelapan malam maka kita putuskan untuk memulai touring di pagi hari tepatnya setelah subuh, sebuah misi pagi buta dengan kepastian gagal 99% kalau tidak ada minat & niat yang ajaib dari teammate. Akhirnya surviving teammate terkumpul 6 orang, Wawan, Fadhli, Chrissy, Bram, Alwi dan Aku sendiri. Berangkat 2 jam setelah subuh, terlambat memang karena sebelumnya kita harus tune in sepeda di pom bensin dan aku juga harus mencopot kembali ban belakang karena setelah aku setel semalam belum sempat dicoba dan ternyata pas pagi harinya baru sadar kalau rantai belakang ternyata tidak pas di atas gear dan malah nyempil di antara as roda dan mur.wah.



Perjalanan yang diperkirakan memakan waktu 90 menit ternyata sanggup kami bereskan dalam waktu 45 menit, tepat saat itu kami berada di masjid KLCC setelah sebelumnya sempat foto- foto di depan kedubes Kuwait padahal rencananya foto di depan kedutaan Indonesia tapi sayang terlanjur diusir tukang parkir yang terhormat. Dari masjid KLCC kita menuju twin towers Petronas dan mencari view yang sekiranya bisa dijadikan korban untuk melakukan ‘narsistic act’ rombongan kami dengan background menara kembar, begitu kita yakin dapat tempat yang pas, lagi- lagi seorang security datang dengan wajah merah padam dan mata yang merem melek lebar- lebar menyuruh kami turun dan cepat- cepat enyah dari hadapannya.

Tidak putus asa, kami cari tempat lain di sekitar tower sampai akhirnya dapat tempat untuk memarkir sepeda dengan background papan iklan. Di tengah istirahat dan sedikit photo session dengan tim, sepeda yang kami parkir mendapat cobaan dan godaan, sepeda kami menjadi sasaran amuk massa oleh turis yang sedang lewat. Mereka gak rela ketinggalan kesempatan berfoto ria di atas sepeda kami. Jujur, sebagai mahasiswa berjiwa entrepreneur sebenernya sudah muncul ide kami untuk memungut biaya bagi siapa saja yang menyentuh sepeda kami, tapi sayangnya urung terlaksana karena turisnya keburu ngabur.

Setelah sesi foto- foto berhubung kita sudah di KLCC yang letaknya tidak begitu jauh dari Kampung Baru, pusat jajanan khas Indonesia, maka kita putuskan untuk wisata kuliner di sana tepatnya di restoran padang Garuda. Meskipun disuguhi makanan yang memuaskan tapi harga yang disajikan sangat tidak sesuai dengan kantong kami, pelajar di rantauan. Beranjak siang kami susuri jalanan pulang melalui Chow kit, Pasar Seni, KL Sentral, Mid Valley dan kembali ke singgasana Bukit Jalil.

Alhamdulillah, tanggal 31 Desember kemarin, kami memulai tour yang sebenarnya. perjalanan menuju KLCC bersama rombongan yang lebih banyak, 10 orang. Selain yang ikut gladi bersih hari sebelumnya ditambah 4 orang pendatang lagi Cumba, Laqqi, Maliq dan Alif. Rute kita tidak jauh beda dengan yang sudah di lewati saat gladi bersih hanya saja yang beda, kita bisa berfoto di depan KBRI berhubung saat itu malam hari dan tukang parkir yang terhormat sudah kembali ke singgasananya dan juga kita tidak lagi makan di restoran yang harganya bukan selera pelajar tapi pindah tepat di depannya, meskipun hanya berjarak beberapa meter tapi selisih harga mencapai separuhnya, walhasil ini.

Koleksi foto- foto touring kami malam itu juga bertambah banyak dan semakin berkualitas dengan ikutnya pujangga fotografi. Oh ya kenyataan soal fotografi sementara ini masih menjadi mimpi buatku, bukankah kebanyakan dari kenyataan yang ada harus diawali oleh sebuah mimpi? Foto- foto unik banyak dihasilkan dari bidikan fotografer Laqqi menggunakan kamera yang sudah dioprek dan ‘otaknya sudah diganti’, begitu menurut si empunya. Kamera tersebut sanggup menghasilkan gambar- gambar dengan paduan warna dalam gelombang frekwensi infra merah. Warna cahaya yang muncul tidak terlalu berwarna dan juga bukan warna- warna sembarangan yang dapat ditangkap oleh mata telanjang manusia kecuali dengan menggunakan sensor infra merah. masih menurutnya juga, aliran fotografi dengan sensor infrared adalah seni tersendiri dan biasanya dipakai oleh fotografer yang sudah bosan dengan komposisi warna yang natural, normal dan itu- itu saja. Ajib bukan?

The twins di Embassy Kuwait

Pose di Masjid KLCC

Turis dalam amuk massa

Dataran Merdeka




31 Desember, diambil dengan kamera infra merah
Tune in sebelum memulai gowes

Pose dulu di KBRI

Hasil foto berlatar belakang KLCC

Night Riders

Waktu istirahat

Thanks to All teammates. Semuanya baru awal, teman- teman. Ditunggu planning selanjutnya!!