Monday, December 10, 2012

FIM 13


Text: Hanif
Image: FIM page              

PARAH! mestinya postingan ini sudah sejak bulan-bulan kemarin, tapi entah susah sekali memulai lagi aktifitas ini setelah beberapa waktu vakum. However, i made it. Kali ini dengan motif dan semangat baru, "menulislah sebagai dokumentasi pemikiranmu di setiap masa"
--------------------------------------------------------------------------


NO NO! banyak sekali momen- momen ajaib yang terlewat untuk ditulis. Akhir- akhir ini adalah bulan  yang sangat penuh makna dan kesan. Bagaimana enggak coba selagi aku mukhoyyam bareng temen- temen dari FORKOMMI aku juga lagi nunggu berita baik dari negeriku. Pengumuman peserta yang terseleksi dan berhak untuk ikut Forum Indonesia Muda (FIM)13. Dua minggu sebelumnya aku bahkan nggak kenal apa singkatan FIM, siapa aja yang boleh ikut,  apalagi sampai detail apa aja kegiatan FIM, singkatnya Blas.

Seorang sahabat di dunia facebook beberapa kali memposting gambar dan profile Forum Indonesia Muda. Berawal dari pensaran aku tanyakan kegiatan apa sih FIM, dimana acaranya, ngapain aja dan dijawab dengan sebuah profile video. Setelah lihat video sampai habis baru aku mulai penasaran dengan aktifitas forum ini. Sesaat langsung menuju ke pusat informasi di forumindonesia.org. Dengan gak perlunya insting Sherlock pun aku pakai. Aku telusuri webpage satu persatu dari profile FIM, kegiatan FIM yang lalu dan catatan para FIMers. FIMers itu sebutan untuk para alumni FIM.

Kesimpulanku waktu itu FIM ini forum yang usianya sudah termasuk tua, hampir setiap tahun sejak 2003 selalu diadakan dan sudah memiliki ribuan alumni hampir di seluruh pelosok negeri. Tapi satu hal yang memancing rasa penasaran yang lebih yaitu jumlah pendaftar yang mencapai 1600 orang pada acara sebelumnya, padahal hanya 120 peserta yang akan terseleksi untuk mengikuti pelatihan. Kalau harus jujur, jumlah ini yang memancingku untuk menuju webpage formulir pendaftaran, aku cermati isi dan syarat pendaftaran yang menurutku cukup bisa untuk aku penuhi.

Langsung tanpa permisi malam itu juga aku kontak dengan ketua FORKOMMI, satu- satunya organisasi yang aku ikuti dengan aktif. Dr.Iqbal menyambut baik rencanaku dan segera beliau buatkan surat rekomendasi dari organisasi. Di Webpage FIM, pendaftar diminta membuat essay pendek tentang tema FIM kali ini yang berhubungan dengan sumpah pemuda. Ada satu kolom yang cukup membuatku menunda pendaftaran, “aksi  apa yang akan ditampilkan pada saat pelatihan”?  Aku berpikir untuk menyudahi saja usaha ini karena selalu mentok kalau berhubungan dengan pentas kebudayaan ataupun penampilan sejenisnya yang menuntut one man show.

Dua hari aku tunda pendaftaran dan sampai pada kesimpulan, aku tetap akan mendaftar dan mencantumkan aksi “olah bola” sebagai aksi yang akan aku tampilkan di pelatihan nanti. Ya, olah bola, satu- satunya aktifitas fisik yang aku bisa, sedikit! Entah gimana nantinya yang jelas hari itu aku merasa ada semangat yang memintaku untuk mendaftar. FIM.. oo.. FIM…






Tuesday, October 2, 2012

Candat Sotong, pulau Kapas

Text & Photo: Hanif                      

Ada kegiatan baru plus fresh beberapa  waktu lalu. Tidak pernah terbersit  sebelumnya untuk memiliki apalagi mencoba olahraga mancing. Kesannya boring dan tidak menantang, apalagi yang ditunggu cuman mahluk berupa ikan atau berwujud sotong. Memang penilaian datang setelah mencoba, beberapa waktu lalu ada saudara dari Terengganu, ngajak mancing. Undangan mancing sotong, bahasanya yang lebih tepat sih candat sotong. Beda candat dan mancing itu di alat yang digunakan. 

Kalau mancing memerlukan alat pancing, kail pancing serta umpan ikan, sedangkan candat hanya memerlukan segulung nylon yang ujungnya terikat kail khusus untuk candat sotong. Bentuk kailnya mirip payung tebalik dan konturnya sangat cocok untuk menggasak bibir imut sotong atau paling nggak salah satu tentakelnya.

Tempat favorit candat sotong di Terengganu tidak lain dan tidak bukan adalah Pulau Kapas. Dari jetty, kita menyewa kapal motor nelayan yang memang sudah disediakan untuk aktivitas ini, biaya sewanya sebesar 800 ringgit atau sekitar dua juta rupiah dan kapal kami sanggup menampung sampai 13 peserta, jadi bisa dihitung sendiri biaya per orangnya. untungnya berhubung ini kali pertama ikut, jadinya digratiskan, hehe. Kapal kami cukup besar plus ada sebiji toilet kalau- kalau emergency di tengah laut nanti, menghindari pencemaran langsung.

Tidak setiap saat kita bisa dapet sotong, waktu yang paling favorit untuk candat sotong antara pukul 5 sore sampai pukul 6 pagi keesokan harinya. Jadi sekitar jam 4 sore kita sudah harus di jetty untuk naik kapal dan sampai di lokasi candat sekitar 45 menit kemudian di balik pulau Kapas. Nah sotong sendiri punya waktu favorit untuk muncul, menurut bos kapalnya, sotong biasa keluar jam 5 sore atau jam 5 pagi, waktu diantara itu biasanya ada tapi nggak banyak.

Ya, perairan sekitar Terengganu memang terkenal eksotis, dan ada beberapa pulau lain yang juga terkenal dan selalu dibanjiri wisatawan asing. Ada Pulau Redang, Pulau Perhentian dan Pulau Kapas. Turis- turis asing yang berkunjung lebih memilih pulau perhentian  yang sangat cocok untuk diving. Resort di pulau- pulau itu tidak mengizinkan adanya Televisi dan disetting untuk total refreshing.

Tapi sayangnya, hari ketika kami pergi,  alam tidak berpihak pada kami, angin ‘entah apa namanya’ membuat air dibawah kami tidak stabil, sehingga kail yang kami gunakan tidak sanggup tenggelam. Seberapapun jauh tali candat diulur, tetap saja kail bermain- main di atas permukaan air. Memang agak mengecewakan, dan terpaksa kami harus kembali lagi untuk sotong- sotong tersebut lain waktu. 

Malam itu kami tutup dengan makan malam dengan lauk 4 ekor sotong yang berhasil kami rampas kemerdekaannya dan juga ikan laut (beli di pasar) masakan nahkoda, ditutup dengan secangkir kopi ‘O’ panas. Memang Sempurna!


The Bus


 First Breakfast


Checking on the map



Local GPS

 

The view


The pinggiran


Left left left!!.. awas bang ada udang lewat!


The mother ship (kapal induk??)


Kapal anak merapat ke kapal induk


Jangan tinggal shalat dimanapun berada


The view before leaving the port




Warning: No image of the squid is shown as opposed to the fact we do not get any of it.. that night...


Sunday, June 17, 2012

Mumbling out


Time being wasted, no journey recorded but the commons
The silences is broken, by the show of the wind
Not knowing the earth is unconscious
Playing with its rhyme, enjoying the melodies of the nature

Again, a wind blows against the commons
Nothing being shown expecting annoyance
Without the drama of earth

Commons are common
Common thought common action common stuff
Commons exploded, distinct remain

Nature stays out of sight
Hiding behind the bars of blue sky
It’s not the commons
Staring at the mediocre looks nothing but upset

The drama continues against all commons 
The odds remain
Remain silent, remain loud, remain playing the commons
It’s all odd against the remaining commons


Wait…
 What about the common odds?




Not poems or something, just mumbling...

Half time England- Sweden, EURO 2012.